Rabu, 27 Oktober 2010

Kumpulan Artikel Tentang Green School

Bagi temen2 khususnya my preen school yg kerepotan cari/buat artikel tentang green school buat tugas, gk usah repot2 deh ..
Disini ada beberapa artikel tentang green school cuy .. tinggal copas aja .. hehehe ... Tp edit dulu sebelum masukin ke joomla postingan .. ini cuma buat referensi doank kok .. Klo kerjaanya sama kan repot ntar .. ;D langsung aja deh >>






Green School", Sekolah Peduli Lingkungan "

Green School", Sekolah Peduli Lingkungan
SECARA arti kata green school adalah sekolah hijau. Namun dalam makna luas, diartikan sebagai sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk mengintemali-sasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah. Karenanya, tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan (Sugeng Paryadi, 2O08).
Melihat kondisi lingkungan sekitar saat ini, konsep sekolah hijau sangat penting untuk diimplementasikan secara lebih luas. Berbagai bencana alam yang terjadi seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya, sebagian besar diakibatkan oleh perbuatan manusia yang merusak ekosistem lingkungan. Selain berserah diri pada-Nya, tentu saja perlu dilakukan upaya penyadaran agar manusia makin ramah pada lingkungan.
Di sinilah, konsep sekolah hijau dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan strategis. Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, lingkungan sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan demikian, kedua aspek tadi, menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutip pendapat Sugeng Paryadi, penyusunan program sekolah hijau ini dilakukan secara holistik dengan mengaitkan seluruh program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat.
Potensi internal sekolah seperti ketersediaan lahan, sumber daya air, energi,
bentang alam, tradisi masyarakat sekitar, dan ekosistemnya merupakan objek pengembangan dalam konsep sekolah hijau. Sementara dalam pandangan LSM Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), program sekolah hijau ha-rus mengembangkan (a) kurikulum berbasis lingkungan; (b) pendidikan berbasis komunitas; (c) peningkatan kualitas lingkungan sekolah dan sekitarnya; (d) sistem pendukung yang ramah lingkungan; dan (e) manajemen sekolah berwawasan lingkungan.
Implementasi sekolah hijau dilakukan dalam tiga langkah strategis yaitu pertama, bidang kurikuler, pembelajaran lingkungan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada. Guru harus pandai mengemas pembelajaran dengan pemahaman dan pengalaman belajar yang aplikatif. Kedua, bidang ekstrakurikuler yaitu mengarah pada pembentukan kepedulian siswa terhadap pelestarian lingkung-
an melalui kegiatan penyuluhan lingkungan dan lomba karya lingkungan.
Ketiga, bidang pengelolaan lingkungan sekolah yaitu melalui (a) pemanfaatan dan penataan lahan sekolah menjadi laboratorium alam seperti menjadi kebun dan tanaman obat-obatan, ajakan hemat energi dan air, daur ulang sampah melalui proses reduce, reuse, dan recycle, serta (b) pengelolaan lingkungan sosial dalam bentuk pembiasaan perilaku-perila-ku nyata yang positif di antaranya kedisiplinan, kerja sama, kepedulian, kejujuran, dan menghargai kearifan lokaL
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kehidupan sehari-hari siswa. Jika lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola dengan baik, maka akan menjadi wahana efektif pembentukan perilaku peduli lingkungan. Semoga. **
Penulis, guru SD Negeri Sariwa-ngi, Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat.
Oleh LINA SUSANTI, S.Pd.
"Green school" adalah konsep yang mengajak seluruh warga sekolah untuk membentuk gaya hidup agar lebih peduli dan melestarikan lingkungan.


Bentuk Komunitas Green School

GURU dan siswa-siswi SMP Negeri 33 Makassar antusias menyambut pelaksanaan Makassar Green School
MAKASSAR -- Setelah pelaksanaan launching seminggu yang lalu, untuk keberlanjutan program, tim Makassar Green Scholl kembali mengadakan sosialisasi Di sekolah-sekolah yang tergabung dalam MGS. Dalam sosialisasi diharapkan semua elemen sekolah baik guru-guru maupun siswa bisa mengetahui program ini lebih jauh.


Sebagai langkah awal, terbentuknya komunitas green school di sekolah diharapkan mampu memotivasi para siswa dengan semangat kebersamaannya dalam satu komunitas untuk mampu menggalang solidaritas dengan rekan-rekannya yang lain untuk ikut bersama-sama mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah.


Dibeberapa sekolah, komunitas Makassar green school telah dibentuk secara formal oleh pihak sekolah, komunitas ini nantinya diharapkan mampu menggalang solidaritas rekan-rekannya yang lain untuk ikut berperan serta dalam mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah.


Selain Komunitas Green School di tiap Sekolah, juga akan dibentuk Komunitas Green School se Kota Makassar, diharapkan dengan terbentuknya Komunitas Green School ini mampu memberikan sebuah kebanggaan bagi para siswa, sebagai komunitas yang besar komunitas pejuang lingkungan hidup.


Dengan bimbingan para motivator MGS yang berasal dari kalangan mahasiswa, yang akan secara intensif turun ke sekolah melakukan sosialisasi kepada siswa-siswa, memberikan pengetahuan dasar tentang lingkuangan hidup, melakukan berbagai pelatihan terutama dalam hal pemilahan dan pengolahan sampah serta melakukan monitoring terhadap program kerja yang dilakukan oleh Komunitas Green School di Sekolah.


"Jika selama ini budaya kebersihan di sekolah adalah tuntutan dari para guru, diharapkan dengan berjalannya program MGS ini mampu mengubah budaya tersebut, dalam artian diharapkan para siswa yang betul-betul memiliki inisiatif sendiri untuk bagaimana mewujudkan kebersihan di lingkungan sekolahnya, " ujar Saharuddin Ridwan Direktur Yayasan Peduli Negeri.


Mengingat program ini adalah sebuah ajang kompetisi antarsekolah, diamana siswa-siswa dari 20 sekolah yang tergabung dalam MGS ini akan diadu kreativitasnya dalam hal mewujudkan lingkungan sekolah hijau dan bersih. Untuk itu Tahap awal program dalam kurun waktu 3 bulan ini diharapkan mampu dimanfaatkan oleh para siswa untuk beradu kreativitas. (isnam)



Menumbuhkan lebih banyak Sekolah hijau yg ramah lingkungan


PrintPDF
Republika Online 18/01/10 - Suatu pagi di 2007 silam, seorang siswa kelas 1 di SD Allen Stevenson, New York bilang kepada gurunya, ia ingin merayakan Hari Bumi pertama di sekolah. Keinginan itu bersambut dengan satu orangtua murid yang ingin menjadikan setiap hari adalah Hari Bumi, dimana setiap hari sekolah melakukan upaya kecil untuk menyelamatkan bumi.


Satu-satu orang diatas mengawali terbentuknya Green School Alliance, kumpulan sekolah yang bertekad ingin menjadikan sekolah sebagai tempat yang ramah lingkungan. Dipelopori oleh Sekolah Allen Stevenson, sekolah swasta khusus laki-laki yang cukup elit di New York, bergulirlah sebuah kompetisi yang menilai seberapa "hijau"kah sebuah sekolah. Dan mereka memberikan penghargaan bagi sekolah yang melakukan upaya yang nyata menyelamatkan lingkungan.


Tak kalah dengan SD swasta di negara adikuasa itu, Indonesia juga memiliki Sekolah Hijau di Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat. Sekolah non formal yang berdiri pada 2007 itu mengajarkan warga sekitar mengenai bagaimana caranya melakukan daur ulang, membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan daur ulang dan memasarkannya. Pada perkembangannnya Sekolah Hijau kemudian membangun Taman kanak-kanak pada pertengahan 2009 lalu.


Sekolah Hijau juga menerima sumbangan barang-barang yang sudah dianggap tidak layak dipakai oleh pemiliknya. Barang-barang inilah yang dikreasikan menjadi berbagai produk sampah seperti tas, dompet, sepatu, sandal, tempat pensil, dan payung yang dibuat oleh ibu-ibu setempat. Bahkan barang-barang sisa pemilu legislatif dan pilkada seperti spanduk dan banner didaur ulang untuk dijadikan bermacam-macam barang.


Bukan sekedar ikut-ikutan tren, tapi sekolah bisa jadi pelopor gaya hidup yang ramah lingkungan. Sekolah dapat menjadi tempat mengajarkan siswanya bagaimana menjalani kehidupan dengan ramah pada lingkungan dengan tindakan sederhana. Menghemat penggunaan air, tidak boros listrik, sebisa mungkin mengurangi penggunaan kantung plastik dan menghemat kertas.


Bayangkan sebuah sekolah negeri, baik tingkat sekolah dasar, menengah maupun atas, dengan jumlah siswa dan guru yang mencapai ratusan. Jika mereka menggunakan toilet satu kali satu hari, berapa ratus atau ribu liter air yang digunakan per harinya. Berapa lembar kertas yang digunakan setiap harinya.


Jika semangat untuk menyelamatkan lingkungan telah ditanamkan sejak dini kepada anak didik, tentunya penggunaan energi serta berbagai sumber daya bisa menjadi dioptimalkan. Tidak ada pemborosan dan sebisa mungkin memperhatikan aspek-aspek lingkungan.


Pemerintah, melalui Kementrian Lingkungan Hidup bahkan sejak 2006 memiliki Program Sekolah Adiwiyata. Program yang merupakan program perlombaan sekolah di Indonesia berbasiskan lingkungan hidup. Serangkaian penilaian disiapkan untuk menyeleksi sekolah-sekolah yang mengembangkan konsep pengelolaan sekolah yang berwawasan lingkungan. Penghargaan sekolah adiwiyata ini dilombakan dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional.


DKI Jakarta berupaya membuat gebrakan. Pada akhir November 2009 lalu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menetapkan SMA Negeri 1 Jakarta Pusat akan menjadi sekolah hijau (green school) pertama di Jakarta.


"Sekolah ini akan menjadi sekolah hijau pertama di Jakarta, dengan konsep menghemat energi dan menggunakan tenaga matahari," ujarnya seerti dikutip kantor berita //Antara//. Sekolah ini akan menggunakan sistem daur ulang air dengan sistem pengelolaan sampah dan limbah daur ulang, serta menggunakan peralatan yang tidak menambah emisi gas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca.


Ia berharap dari sekolah hijau ini akan menimbulkan efek berantai (multiply effect) agar ditiru oleh sekolah-sekolah lain di Jakarta.


Bebas Kertas


The Green Schools Alliance yang berpusat di kota New York sejauh ini telah melebarkan sayapnya hingga memiliki jumlah anggota lebih dari 175 sekolah di 30 negara, Daerah Kolombia, Kepulauan Virginia, dan juga di Honduras serta Rusia.


Sekolah-sekolah yang yang tergabung dalam perhimpunan sekolah hijau ini membuat komitmen bersama untuk mengurangi limbah mereka. Ada beberapa cara yang mereka tempuh untuk merealisasikannya.


Contohnya Discovery Charter School di Tracy, California, dan Microsoft School of the Future di Pittsburgh, Penn, sudah benar-benar hampir tidak menerapkan penggunaan kertas.


Di daerah lain, mereka mendirikan sekolah-sekolah yang lebih hemat energi dengan cara memasang alat penerangan, pemanas ruangan dan sistem air panas yang hemat energi, juga memastikan bahwa perangkat elektronik yang mereka beli adalah perangkat yang berdaya listrik rendah atau perangkat dengan sertifikat Energy Star.


Pada saat yang bersamaan, mereka juga mengambil beberapa langkah untuk mengurangi pemborosan.


Sebagai contoh, sekolah-sekolah mulai mengurangi konsumsi air; mengurangi sampah di dalam kelas, kantin sekolah atau kantor-kantor; mendaur ulang semua kertas, plastik, logam, dan bahan pecah belah; dan selanjutnya menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini kepada para murid sekolah.


Banyak sekolah yang hendak menjadi ramah lingkungan namun tidak yakin di mana atau bagaimana cara memulainya, mereka dapat meminta petunjuk dari organisasi lingkungan serta perusahaan swasta yang peduli lingkungan.


Kelompok ini menyediakan fasilitas bacaan, penyuluhan, atau lokakarya bagi para guru atau sekolah-sekolah resmi untuk membantu memberikan pandangan kepada mereka tentang sebuah strategi penghijauan.


SMA Negeri 10 Malang, misalnya, bekerjasama dengan Sampoerna Foundation kini membuat sekolahb ini memiliki toilet yang ramah lingkungan dan ratusan spesies pohon. sekolah mewajibkan siswanya membawa satu pohon untuk ditanam.


Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) juga teribat untuk mendorong pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan hidup di sekolah-sekolah. Mereka memberikan penghargaan bagi sekolah yang mempelopori
diadakannya kurikulum Pelajaran Lingkungan Hidup (PLH) yang wajib diikuti oleh seluruh siswa.


Langkah itu diharapkan dapat mendorong generasi muda yang lebih peka lingkungan untuk memperlambat kerusakan planet bumi.






alt
Hidup ramah lingkungan adalah tantangan bagi para orang dewasa karena masyarakat dan prasarana sosial kita semuanya masih dibangun di atas landasan Revolusi Industri. Untuk lepas dari itu, perlu dibangun sebuah prasarana baru - satu cara yang memperkenankan hidup ramah lingkungan menjadi sewajarnya, lebih mudah, dan sebuah cara hidup yang lebih nyaman.

Satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah mendidik generasi muda.

Di luar waktu malam, akhir pekan, liburan atau musim panas, anak-anak  menghabiskan sebagian besar waktu aktif mereka di sekolah sedikitnya enam bulan dalam setahun. Jika kita mendidik dan membentuk perilaku ramah lingkungan dan apabila kita menempatkan mereka sebagaimana mestinya untuk melakukan tindakan ini, maka ketika mereka nantinya menjadi para pemimpin dalam pemerintahan atau perdagangan, secara praktek segala sesuatunya akan menyelaraskan.
Banyak sekolah di Amerika Serikat telah menyadari hal ini dan telah menyiapkan lingkungan belajar baru bagi para muridnya - sebuah tempat yang secara lingkungan sangat bersahabat dan sejajar dalam hal kualitas pendidikan yang mereka sediakan.

Salah satu tujuan pokok didirikan sekolah ini adalah untuk mengurangi limbah lingkungan.

Perhimpunan Sekolah Ramah Lingkungan (The Green Schools Alliance) yang berpusat di kota New York adalah salah satu organisasi yang berhasil memprakarsai sekolah-sekolah lain di seluruh negeri untuk datang dan mengambil inisiatif untuk menciptakan kebijakan-kebijakan setempat dalam upaya mengemban komitmen ini. Sejauh ini, Perhimpunan Sekolah Ramah Lingkungan telah memiliki jumlah anggota lebih dari 175 sekolah di 30 negara, Daerah Kolombia, Kepulauan Virginia, dan juga di Honduras serta Rusia.
Sekolah-sekolah yang turut berpartisipasi dalam perhimpunan membuat komitmen bersama untuk mengurangi limbah mereka. Ada beberapa cara yang mereka tempuh guna merealisasikannya.
Beberapa sekolah, seperti Discovery Charter School di Tracy, California, dan Microsoft School of the Future di Pittsburgh, Penn., sudah benar-benar hampir tidak menerapkan penggunaan kertas.
Di daerah lain, mereka mendirikan sekolah-sekolah yang lebih hemat energi dengan cara memasang alat penerangan, pemanas ruangan dan sistem air panas yang hemat energi, juga memastikan bahwa perangkat elektronik yang mereka beli adalah perangkat yang berdaya listrik rendah atau perangkat dengan sertifikat Energy Star.

Pada saat yang bersamaan, mereka juga mengambil beberapa langkah untuk mengurangi pemborosan.

Sebagai contoh, sekolah-sekolah mulai mengurangi konsumsi air; mengurangi sampah di dalam kelas, kantin sekolah atau kantor-kantor; mendaur ulang semua kertas, plastik, logam, dan bahan pecah belah; dan selanjutnya menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini kepada para murid sekolah.
Banyak sekolah yang hendak menjadi ramah lingkungan namun tidak yakin di mana atau bagaimana cara memulainya, mereka dapat meminta petunjuk dari organisasi luar seperti Echalk atau AwarnessIDEAS.
Kelompok ini menyediakan fasilitas bacaan, penyuluhan, atau lokakarya bagi para guru atau sekolah-sekolah resmi untuk membantu memberikan pandangan kepada mereka tentang sebuah strategi penghijauan.
Banyak orang berpendapat bahwa masa depan kita berada di tangan generasi muda. Dengan banyaknya jumlah sekolah yang berinisiatif menanamkan praktek penghijauan dan teladan di kalangan generasi muda kita, langkah ini dapat menjamin masa depan yang lebih hijau. (A. Darin/The Epoch Times/mer)


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan green school building

JAKARTA, KOMPAS.com -  Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan seluruh gedung sekolah pada tahun 2011 menerapkan green school building. Ini merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta melaksanakan green property, selain menerapkan konsep green buliding standard pada gedung-gedung tinggi di ibu kota.
Tahun 2010 ini, ada dua gedung sekolah yang dijadikan proyek percontohan yaitu, sebuah SD di Semanan, Jakarta Barat dan SMPN 1 Cikini, Jakarta Pusat. Kedua sekolah ini dibangun dengan menerapkan green building secara utuh.


Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan, mulai tahun ini hingga tahun depan, Pemprov DKI akan menerapkan green building standard untuk bangunan sekolah, baik tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Sebab DKI ingin menjadikan gedung-gedung sekolah sebagai contoh dan teladan yang baik untuk seluruh bangunan yang akan didirikan di ibu kota.
"Kalau pemerintah saja bisa mendirikan bangunan sekolah dengan menerapkan green building standard maka tidak ada alasan pihak lain tidak bisa menerapkan hal tersebut," kata Fauzi Bowo di Jakarta, Sabtu (8/5).


Pembangunan green school building akan dipusatkan dengan konsep penghematan energi listrik, penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan pemanfaatan limbah sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan. Untuk bahan bangunan gedung sekolah, akan diupayakan menggunakan bahan eco-friendly (ramah lingkungan). Termasuk di dalamnya tidak terlalu banyak menggunakan kayu. Karena akan mengakibatkan penebangan pohon di hutan secara tidak bertanggung jawab.


Menurutnya, konsep green school building merupakan bagian proses pendidikan lingkungan kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa yang sekolahnya sudah berorientasi lingkungan dan mengadaptasi kaidah lingkungan tadi harus memahami pentingnya mencintai dan pelestarian lingkungan.
"Ini juga dapat membantu pembentukan karakter siswa dan manusia Indonesia untuk mencintai lingkungan dan bertanggung jawab melestarikan lingkungan. Barangkali Jakarta kota pertama yang menerapkan konsep ini," tuturnya.


Terkait konsep green school building, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan DKI, Didi Sugandhi, mengatakan, sebenarnya sudah cukup banyak gedung sekolah yang telah menerapkan konsep tersebut. "Gedung sekolah lainnya sudah menerapkan konsep green school tapi belum secara menyeluruh," kata Didi.


Menurutnya, masing-masing sekolah mulai menerapkan untuk meminimalisir penggunaan listrik, kemudian mengoptimalkan sinar tata surya untuk energi listrik. Selain itu akan memaksimalkan limbah cair sehingga bisa digunakan kembali dan membuat lubang biopori.


Biaya perawatan lebih murah
Memang anggaran pembangunan gedung sekolah berkonsep green school building lebih mahal daripada biaya membangun gedung biasa. Namun, biaya pemeliharaannya lebih murah dibandingkan gedung biasa. Untuk tahun ini, rencananya ada 42 gedung sekolah yang akan direhab total oleh Dinas Pendidikan DKI. Seluruhnya tentu akan menerapkan konsep green school building. "Targetnya tahun 2011 seluruh gedung sekolah sudah berkonsep green building," ujarnya.


Kepala Dinas Perumahan DKI, Agus Subardono, mengatakan, untuk menerapkan konsep green building secara utuh, satu bangunan sekolah bisa menelan biaya antara Rp 9 miliar hingga Rp 19 miliar. Sejumlah anggaran itu, Rp 5 miliar di antaranya hanya untuk pembelian solar cell dengan kapasitas daya 6000 watt. Jumlah tersebut belum mencakup rehab konstruksi bangunan yang menelan biaya antara Rp 4 miliar hingga Rp 14 miliar.


"Namun penerapan green building pada sekolah tidak menggunakan solar cell seluruhnya. Hanya beberapa kelas. Sisanya bagaimana bangunan itu didesain agar bisa hemat energi," katanya. Misalnya lebih banyak menggunakan jendela, ventilasi, dan mengurangi penggunaan air conditioner (AC). Selain itu, penggunaan air secara hemat, pengolahan sampah sendiri dan lebih banyak menggunakan kayu pada konstruksi bangunannya. (Berita Jakarta)

SMKN 1 Kediri Go Green

Sampah SMKN 1 Kediri

Sampah….? Kalau kita mengatakan hal ini, pasti yang terpikirkan adalah kotor. Tapi tidak, sebenarnya sampah bila diolah dengan baik akan menjadi sesuatu yang berguna dan menjadi hal yang menghasilkan uang. Sebagai contoh, di SMKN 1 Kediri.. Sebagai sekolah SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), selain fasilitas, tempat, kemampuan murid, dll. Sekolah SBI juga harus mempunyai wawasan tentang lingkungan hidup, atau dapat dibilang aktifitas pendidikan juga harus mengarah kelingkungan hidup. Sekolah ini sudah mempunyai pengolahan sampah yang cukup baik.
Kita tidak asing dengan kata global warming / yang biasa disebut pemanasan global. Adalah pemanasan yang ada pada bumi kita. Udara di bumi menjadi semakin panas dll. Dampak dari pemanasan global sangat buruk dalam jangka kedepan. Sebagai contoh cuaca sekarang berubah, hujan turun tidak disangka-sangka / waktunya tidak tetap. Bukan hanya itu, dampak ke depan dari global warming sangat membahayakan bagi bumi kita. Kita dapat lihat film the day after tomorrow, mungkin seperti itulah gambaran tentang akibat global warming. Untuk itu kita sebagai penghuni bumi ini, harus menjaga bumi kta agar menjadi tempat yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Jika bmi kta tidak bisa ditinggali ke mana lagi kita akan tinggal. Kita bisa menguranginya mulai dari hal kecil saja. Seperti membuang sampah pada tempatnya.
Untuk itulah di SMKN 1 Kediri diadakan progam green school. Progam / kegiatan ini diurus oleh Bpk. Agung…….. (guru olahraga) dan karyawan SMKN 1 Kediri. Dan tentunya didukng oleh semua warga sekolah. Green school….. arti secara harfiah adalah sekolah hijau, sekolah rindang ,dsb. Namun green school mempunyai arti yang lebih luas yaitu mengarah ke lingkungan hidup kata  pak Agung begitu kami memanggilnya.
Tujuan dari green school ini adalah:
  1. agar lingkungan sekolah SMKN 1 Kediri bersih dan nyaman
  2. siswa bisa belajar dengan baik dan nyaman
  3. tidak hanya memiliki ketrampilan tentang industri, teknologi, kemampuan, siswa juga diharapkan mengerti tentang wawasan lingkungan hidup.Tidak hanya belajar tapi juga memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Siswa bisa menerapkan wawasan lingkungan hidup pada lingkungan tempat tinggal dalam kehidupan bermasyarakat.
Green school ini mempunyai progam baru untuk ke depannya yaitu:
  1. 1 man 1 tree: yaitu progam penanaman 3 pohon untuk 1 orang.
  2. Melakukan pengolahan sampah kertas / sampah nonorganik.
  3. Penambahan tanaman toga (tanaman obat-obatan).
  4. Pengawasan jentik-jentik nyamuk.
  5. Penataan taman.
  6. Peningkatan pengolahan sampah
Pengolahan sampah yang dilakukan di SMKN 1 Kediri dengan memisahkan sampah kering (unorganic) dan sampah basah (organic). Terdapat banyak tempat sampah yang sudah membedakan sampah kering dan sampah basah. Maklum SMKN 1 Kediri bisa dkatakan sangat luas sekitar 4 hektar. Namun sayang masih ada murid yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Dan banyak siswa yang belum mengerti tentang lingkungan, serta pentingnya menjaga lingkungan. Untuk itu banyak ditempelkan poster tentang lingkungan. SMKN 1 Kediri sudah memiliki tempat pengolahan sampah organic menjadi kompos di area sekolah bagian belakang. Meskipun tidak terlalu besar, tempat ini bisa bermanfaat untuk pembuatan kompos organic dan menjadi pembelajaran untuk murid SMKN 1 Kediri sendiri serta bisa menjadi daya jual tersendiri.
Berikut cara yang dilakukan ntuk mengolah sampah di SMKN 1 Kediri:
  1. setelah sampah dipilah organic dan unorganic, sampah dibawa ke TPS dan akhirnya masuk pada tempat pengolahan sampah.
  2. Sampah yang ada di tempat pengolahan dimasukkan pada rumah kompos yang terbuat dari bamboo yang sudah dilengkapi oleh lubang pergantian udara.
  3. Sampah tadi diberi starter bekteri yang didapatkan dari campuran : EM4 (sejenis bakteri pasif yang dapat dibeli di took bangunan), cara mengaktifkanya dengan mencampurna dengan air glukosa (gula). Campuran tadi disebarkan pada sampah dalam rumah kompos.
  4. Sampah yang sudah tercampur dengan bakteri diaduk selama 3 hari sekali, juga bisa 1 hari sekali.
  5. Jika sudah sekitar 2 bulan sampah sudah bisa digunakan sebagai kompos agar kompos tidak tercampur dengan daun / sampah besar lainnya kita bisa menggunakan ayakan untuk memisahkan sampah yang sudah menjadi tanah
Jika sampah sudah menjadi kompos, sampah itu telah menjadi tanah. Kualitas kompos yang dihasilkan baik jika sampah benar-benar menjadi tanah, sampah tidak berbau.
Pak agung berharap agar murid SMKN 1 Kediri mengerti tentang wawasan lingkungan hidup dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah saran yang diberikan Pak Agung kepada murid ataupun semua warga SMKN 1 Kediri tentang lingkungan SMKN 1 Kediri:
  1. kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan
  2. kita pilah sampah yang dibuang secara organic dan unorganic
  3. kita harus peduli terhadap lingkungan SMKN 1 Kediri dan tentunya lingkungan sekitar kita
  4. menjaga ketertiban, keamanan, kenyamanan, kebersihan SMKN 1 Kediri



Nah , gimana artikelnya ? klo mau yang lebih njlimet jelas cari langsung aja di mbah google , hehe ..
semoga bermanfaat bagi temen2 ,, good luck  n g-o-o-d - j-o-b


Tidak ada komentar:

Template by:

Free Blog Templates